BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Pembungaan, pembuahan, dan set biji merupakan
peristiwa-peristiwa penting dalam produksi tanaman. Proses-proses ini
dikendalikan baik oleh lingkungan terutama fotoperiode dan temperatur, maupun
oleh faktor-faktor genetik atau internal. Salah satu proses perkembangan yang
harus tepat waktu adalah proses pembungaan.
Tumbuhan tidak bisa berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ penunjang lainnya siap, misalnya akar dan daun lengkap. Sebaliknya tumbuhan tidak dapat berbunga dengan lambat, sehingga buahnya tidak sempurna misalnya datangnya musim dingin. Kejadian tersebut penting artinya bagi tumbuhan yang hidup di daerah 4 musim, sehingga mereka harus benar-benar dapat memanfaatkan saat yang tepat untuk melakukan perkembangaannya.Tmbuhan semusim (annual plant) harus memanfaatkan waktu diantara musim dingin.Tumbuhan dua musim (biennial plant) pada musim pertama menghasilkan organ-organ persediaan makanan di dalam tanah, dan pada musim berikutnya melakukan pertumbuhan yang di akhiri dengan pembungaan. Tumbuhan menahun (perennial plant) akan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan (dorman) pada musim dingin, berbunga pada musim berikutnya agar cukup waktu bagi buah untuk berkembang dan matang sebelum atau di awal musim gugur.
Tumbuhan tidak bisa berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ penunjang lainnya siap, misalnya akar dan daun lengkap. Sebaliknya tumbuhan tidak dapat berbunga dengan lambat, sehingga buahnya tidak sempurna misalnya datangnya musim dingin. Kejadian tersebut penting artinya bagi tumbuhan yang hidup di daerah 4 musim, sehingga mereka harus benar-benar dapat memanfaatkan saat yang tepat untuk melakukan perkembangaannya.Tmbuhan semusim (annual plant) harus memanfaatkan waktu diantara musim dingin.Tumbuhan dua musim (biennial plant) pada musim pertama menghasilkan organ-organ persediaan makanan di dalam tanah, dan pada musim berikutnya melakukan pertumbuhan yang di akhiri dengan pembungaan. Tumbuhan menahun (perennial plant) akan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan (dorman) pada musim dingin, berbunga pada musim berikutnya agar cukup waktu bagi buah untuk berkembang dan matang sebelum atau di awal musim gugur.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat
berhubungan kehidupan tanaman, yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi
dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa
proses akan tergantung dari cahaya dan temperatur. Penyinaran cahaya terhadap
tanaman merupakan salah satu faktor eksternal yaitu faktor dari luar yang
mempengaruhi pembungaan (Natania, 2008).Kejadian musiman sangat penting dalam
siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan
dan pengakhiran dormansi tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam
perkembangan tumbuhan yang umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu
tahun. Stimulus lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk
mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang
relative malam dan siang.Respons fisologis terhadap fotoperiode, seperti
pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism) (Campbell, dkk., 1999).
Penemuan fotoperiodisme merangsang banyak sekali ahli
fisiologi tanaman untuk mengadakan penyelidikan tentang proses itu lebih jauh
dalam usahanya untuk menentukan mekanisme aksi. Mereka segera menemukan bahwa
istilah hari pendek dan hari panjang merupakan salah kaprah (misnomer).
Interupsi periode hari terang dengan interval kegelapan tidak mempunyai efek
mutlak pada proses pembungaan (Natania, 2008).
Faktor temperatur sangat berpengaruh terhadap tanaman,
karena umumnya temperatur mengubah atau memodifikasi respons terhadap
fotoperiode pada spesies dan varietas (Thomas dan Raper, 1982).Banyak sepesies
membutuhkan periode dingin atau temperaturnya mendekati pembekuan selama 2
sampai 6 minggu agar dapat berbunga pada waktu fotoperiode panjang pada musim
semi.
1.2.Tujuan
-
Untuk mengetahui pengertian dari
fotoperiodisme
-
Untuk mengetahui peranan dari fitokrom
dalam fotoperiodisme
-
Untuk mengetahui mekanisme pembungaan
-
Untuk
mengetahui dormansi pada tumbuhan
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Fotoperiodisme
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah
fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan
dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa
jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran,
terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase
generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan akan
memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan
tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap periode
sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase
generatif jika menerima penyinaran singkat <10 Jam(Mader, 1995).
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
a.
Tumbuhan hari pendek,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari.
Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga
matahari.
b.
Tumbuhan hari panjang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam)
sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan
tembakau.
c.
Tumbuhan hari sedang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari.
Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
d.
Tumbuhan hari netral,
tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya.
Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.
Tumbuhan hari panjang (long day plant) ini umumnya berbunga pada
akhir musim semi atau awal musim panas. Bayam, misalnya, memerlukan panjang
siang hari 14 jam ata lebih lama. Lobak, selada, iris, dan banyak varietas
sereal lain merupakan tumbuhan hari panjang.Perbungaan pada kelompok ke tiga,
yaitu tumbuhan hari netral, tidak dipengaruhi oleh fotoperiode.Tomat, padi, dan
dandelion adalah contoh tumbuhan hari netral (day neutral plant) yang berbunga
ketika mereka mencapai tahapan pematangan tertentu, tanpa memperdulikan panjang
siang hari pada waktu itu (Haryanto, 2010).Yang dimaksud dengan panjang hari
disini bukan panjang hari secara mutlak, tetapi panjang hari kritis.Tumbuhan
hari panjang (LDP) mungkin memiliki panjang hari kritis lebih pendek dari
tumbuhan hari pendek (SDP). Dinyatakan bahwa tumbuhan hari panjang akan
berbunga apabila memperoleh induksi penyinaran yang sama atau lebih dari
panjang harin kritisnya dan sebaliknya tumbuhan hari pendek akan berbunga,
apabila memperoleh penyinaran sama atau lebih pendek dari panjang hari
kritisnya.
Sebelumnya diduga bahwa tumbuhan dirangsang perbungaannya oleh
lamanya panjang hari (day length). Pada tahun 1940-an peneliti menemukan bahwa
sesungguhnya panjang malam atau panjang kegelapan tanpa selingan cahaya atau
niktoperiode, dan bukan panjang siang hari, yang mengotrol perbungaan dan respons
lainnya terhadap fotoperiode. Banyak peneliti bekerja dengan cocklebur,
yaitu suatu tumbuhan hari pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari
16 jam ata lebih pendek (dan panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika siang
hari fotoperiode diselang dengan pemberian kegelapan yang singkat, tidak ada
pengaruh pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari
fotoperiode disela dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan
tersebut tidak akan berbunga. Coklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan
secar terus menerus supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya
adalah tumbuhan malam panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam
kuat dalam jargon fisiologi tumbuhan. Tumbuhan hari panjang sesungguhnya
tumbuhan malam pendek, apabila ditanam pada fotoperiode malam panjang yang
biasanya tidak menginduksi perbungaan, tumbuhan hari panjang akan berbunga jika
periode kegelapan terus menerus diperpendek selama beberapa menit dengan
pemberian cahaya.
Dengan demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang
malam kritis. Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih
lama di banding dengan panjang kritis (8 jam untuk cocklebur), tumbuhan hari
panjang akan berbunga ketika malam hari lebih pendek dibanding dengan panjang
malam kritis. Industri penanaman bunga telah menerapkan pengatahuan ini untuk
menghasilkan bunga diluar musimnya. Chrythemum misalnya adalah tumbuhan hari
pendek yang biasanya berbunga pada musim gugur, tetapi perbungaannya dapat
ditunda sampai hari ibu (amerika serikat, red) pada bulan mei dengan cara
menyelang setiap malam panjang dengan seberkas cahaya, yang mengubah satu malam
panjang menjadi malam pendek.
Pada banyak spesies tumbuhan hari pendek atau
tumbuhan hari panjang, perbungaan cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah daun
tunggal terhadap fotoperiode yang tepat.Meskipun hanya satu daun dibiarkan
bertaut pada tumbuhan, fotoperiode akan tetap terdeteksi dan tunas bunga akan
diinduksi. Namun, jika semua daun dibuang, tumbuhan
akan buta terhadap fotoperiode. Transmisi meristem dari pertumbuhan vegetatif
sampai ke perbungaan. Apapun kombinasi petunjuk lingkungan (seperti
fotoperiode) dan sinyal internal (seperti hormon) yang diperlukan untuk
perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem tunas dari keadaan vegetatif
menjadi satu keadaan perbungaan.Transmisi ini memerlukan perubahan ekspresi
gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen identitas meristem yang menentukan
bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih dahulu dan bukan membentuk tunas
vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih dahulu. Kemudian gen identitas
organ-organ bunga kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik
diaktifkan pada daerah meristem yang tepat. Penelitian mengenai perkembangan bunga
sedang berkembang pesat, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jalur transduksi
sinyal yang menghubungkan petunjuk-petunjuk seperti fotoperiode dan perubahan
hormonal dengan ekspresi gen yang diperlukan untuk perbungaan.
(Sasmitamihardja,1996)
2.2.Induksi
Fotoperiodisme
Induksi fotoperiodisme sangat penting dalam perbungaan atau lebih
tepat disebut induksi panjang malam kritisnya. Respon tumbuhan terhadap induksi
fotoperioda sangat bervariasi, ada tumbuhan untuk perbungaannya cukup
memperoleh induksi dari fotoperioda satu kali saja, tetapi tumbuhan lain
memerlukan induksi lebih dari satu kali.Xanthium strumarium untuk
perbungaannya memerlukan 8 x induksi fotoperioda yang harus berjalan terus
menerus. Apabila tanaman ini sebelum memperoleh induksi lengkap, mendapat
gangguan atau terputus induksi fotoperiodanya, maka tanaman itu tidak akan
berbunga. Kekurangan induksi fotoperioda tidak dapat ditambahkan demikian saja,
karena efek fotoperioda yang telah diterima sebelumnya akan menjadi hilang.
Untuk memperoleh induksi lengkap, tanaman tersebut harus mengulangnya dari awal
kembali.
Di dalam menerima rangsangan fotoperioda ini, organ daun diketahui
sebagai organ penerima rangsangan. Ada 4 tahap yang terjadi dalam resepon
perbungaan terhadap rangsangan fotoperioda, pertama menerima rangsangan, kedua
transformasidari organ penerima rangsangan menjadi beberapa polametabolisme
baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk perbungaan, ketiga
pengangkuatan hasil metabolisme dan keempat terjadinya respon pada titik tumbuh
untuk menghasilkan perbungaan.
Beberapa percobaan dalam hubungan dengan rangsangan ini,
menunjukkan bahwa apabila daun dibuang segera setelah induksi selesai, tidak
akan terjadi perbungaan , sedangkan apabila daun dibuang setelah beberapa jam sehabis
selesai induksi, tumbuhan tersebut dapat berbunga. Rangsangan yang diterima
oleh satu tumbuhan dapat diteruskan pada tumbuhan lain yang tidak memperoleh
induksi, melalui cara tempelan (grafting) sehingga tumbuhan tersebut dapat
berbunga.
2.3.Pengertian
Fitokrom
Fitokrom
adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk
mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya merah
dan infra merah. Infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh mata
manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
Fitokrom
ditemukan pada semua tumbuhan.Molekul yang serupa juga ditemukan pada
bakteri.Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi
adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga
pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya
pada dikotil), morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan
(sintesis) klorofil.
Secara
struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok
bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan
klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme).Kromofor ini
dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja
bagian sensor.Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai
fitokrom.
2.4.Peranan Fitokrom dalam fotoperiodisme
Peranan fitokrom dalam fotoperiodisme
mungkin untuk menyelaraskan waktu dengan lingkungan dengan memberitahukan kapan
matahari terbenam dan terbit. Jika kebutuhan fotoperioodik untuk pembungaan
telah dipenuhi, jam tersebut akan memicu beberapa jenis alarm yang menyebabkan
daun mengirimkan suatu stimulus (kemungkinan suatu hormone) perbungaan ke
tunas. Panjang malam diukur dengan sangat tepat, beberapa tumbuhan hari pendek
tidak akan berbunga jika malam lebih pendek satu menit sekalipun dibandingkan
dengan panajang kritisnya. Beberapa spesies tumbuhan selalu berbunga pada hari
yang sama setiap tahun. Menurut hipotesis yag dijelaskan disini, tumbuhan
memberitahukan musim pada tahun tersebut dengan menggunakan jam, yang nyatanya
dikendalikan oleh fitokrom untuk mengikuti fotoperiode.
2.5.Mekanisme Pembungaan
A.
Efek
Cahaya
Mengingat ketergantungan
tumbuhan hijau terhadap cahaya, tidaklah mengherankan jika cahaya merupakan
perangsang luar yang paling utama dalam hidup tumbuhan.Beberapa respon tumbuhan
terhadap cahaya telah disebutkan.Misalnya, respon phototropic yang efeknya
timbul melalui auksin. Respon ini akan membawa organ- organ fotosintetik dalam
posisi optimum relative terhadap datangnya cahaya. Respon terhadap cahaya yang
lain, misalnya membuka dan menutupnya sel pelindung dan respon cahaya dalam
sintesa klorofil dari tumbuhan berbunga. Kebanyakan respon tumbuhan terhadap
cahaya, adalah merupakan respon perkembangan dan tidak mempunyai arti penting
dalam metabolisme.Intensitas cahaya, qualitas cahaya, dan panjangnya
penyinaran, juga dapat menimbulkan respon perkembangan pada tumbuhan.
1.
Intensitas
Cahaya
Beberapa
respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya yang berbeda-beda adalah dilakukan
melalui auksin, dan efeknya timbul karena berkurangnya efektivitas auksin pada
keadaan cahaya yang terik. Sebagai contoh, tumbuhan yang tumbuh dalam gelap
atau cahaya yang lemah akan mempunyai batang yang panjang dengan ruas yang
lebih panjang dan lebih besar dari tumbuhan yang mendapat cahaya terang.
Demikian juga, dalam suatu tanaman dauan yang terluar yang mendapat cahaya
matahari penuh tinggal lebih kecil dari pada daun sebelah dalam yang terlindung.Tumbuhan
tembakau kadang- kadang dilindungi dari cahaya terik dengan jaring untuk
mendapatkan daun yang lebar.
Bila
tumbuhan berada lama dalam cahaya yang lemah, tumbuhan akan mengalami etiolasi,
yakni batangnya menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut penyongkong yang
cukup. Jika intensitas cahaya tidak naik kemtian akan terjadi. Sebaliknya,
penyinaran yang berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil dengan
perkembangan yang abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian.
Tumbuhan
memerlukan intensitas cahaya yang tertentu yang berbeda dari satu spesies
dengan spesies tumbuhan yang lain, untuk tumbuh dengan baik. Tumbuhan tertentu
seperti tomat, dan rumput- rumputan memerlukan cahaya matahari langsung dan
terang untuk perkembangan yang optimal. Pada tumbuhan itu, sintesa dari zat-
zat hidup meningkatnya berbanding lurus dengan meningkatnya intensitas
cahaya(sampai suatu batas tertentu). Sebaliknya tumbuhan lain seperti bangsa
perdu tumbuh secara optimal pada intensitas cahaya yang lebih rendah dan tumbuh
kerdil jika terkena cahaya matahari langsung terus- menerus. Sedang tumbuhan
lain seperti mawar tumbuh baik, baik pada cahaya terik maupun cahaya dengan
intensitas yang lebih rendah walaupun pertumbuhan dan berbunganya bisa dihambat
atau berhenti jika intensitas cahaya terlalu rendah.
2.
Kualitas
cahaya
Pada
intensitas cahaya yang tertentu, panjang gelombang cahaya yang berbeda
menimbulkan efek yang besar pada perkembangan tumbuhan.Sebagai contoh telah
ditunjukkan bahwa penyinaran pendek dengan cahaya merah sering menghambat
perpanjangan batang pada tumbuhan seperti kacang dan padi- padian.Tetapi
penghambatan ini bisa dikembalikan ke normal dan pertumbuhan batang bisa dipacu
dengan penyinaran “Farred” dari spectrum cahaya.Pada daun, penyinaran dengan
cahaya merah dan far red menghasilkan efek yang berlawanan; cahaya infra merah
menghambat perkembangan daun, sinar merah memperbaiki pengahambatan itu.
3.
Panjangnya
penyinaran
Respon
perkembangan tumbuhan terhadap bermacam- macam lama penyinaran disebut
photoperidositas.Perkembangan bunga tertutama sangat dipengaruhi oleh panjang
hari yang berbeda atau photoperiode.Berdasarkan photoperiode yang diperlukan
untuk berbunga, dapat dibedakan menjadi 3 jenis tumbuhan.Dalam tumbuhan hari
pendek (short day plant) bunga berkembang jika tumbuhan mendapatkan penyinaran
kurang dari 12 jam perhari. Aster, strawberry, krisan, padi adalah diantara
tumbuhan yang termasuk dalam jenis ini.
Pada tumbuhan
hari panjang berkembang hanya jika photoperiode tiap hari adalah lebih dari 12
jam.Sebagai contohnya, termasuk gandum, clover, wortel, dan selada.Group yang
ketiga tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran.Group yang termasuk dalam
tumbuhan de minate menghasilkan bunga tanpa memandang lama penyinaran matahari
setiap hari.Tumbuhan yang termasuk adalah tomat, mentimun, kapas, dan bunga
matahari.
Tumbuhan hari
pendek gagal berbunga atau berbunganya dihambat daan sangat berkurang jika
mendapat lama penyinaran matahari yang panjang. Sebaliknya tumbuhan hari
panjang lambat berbunga atau tidak berbunga sama sekali jika mendapat
penyinaran yang pendek. Seringkali penyinaran yang singkat pada panjang
penyinaran yang sesuai diperlukan untuk mendorong tumbuhan itu berbunga.Dalam
hal ini spesies yang berbeda menunjukkan kebutuhan yang berbeda.
2.6
Pengertian
Dormansi
Dormansi
adalah keadaan dimana perkecambahan dan pertumbuhan terhenti dalam rentang
waktu tertentu akibat adanya faktor – faktor internal maupun eksternal.Meskipun
perkecambahan dan pertumbuhan terhenti namun aktivitas metabolik tetap berjalan
walaupun rendah.Secara umum dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu
dormansi primer dan dormansi sekunder.Pada dormansi primer terdiri dari 2
macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen.Dormansi eksogen merupakan
keadaan dimana tidak terjadi perkecambahan akibat tidak memadainya faktor –
faktor seperti suhu, cahaya, dan air.Dormansi ini dapat dipatahkan dengan
skarifikasi, pemanasan, pendinginan (chilling), perendaman dalam air mendidih,
serta pergantian suhu drastis.Sedangkandormansi endogen dapat dipatahkan dengan
perubahan fisiologis seperti pemasakan embrio rudimenter, respon terhadap zat
pengatur tumbuh, perubahan suhu, dan pemberian cahaya.
Dormansi
sekunder adalah keadaan biji yang dapat tumbuh normal atau berkecambah, tetapi
apabila diberikan keadaan yang tidak mendukung dalam jangka waktu tertentu maka
akan kehilangan kemampuannnya berkecambah. Dormansi ini disebabkan oleh
perubahan fisik yang terjadi pada kulit yang diakibatkan karena pengeringan
yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih
terbatas.
·
Penyebab Dormansi
Penyebab
terjadinya dormansi dipengaruhi oleh 2 faktor diantaranya :fisik (dormansi
fisik), misal dari kulit bijinya dan fisiologis (dormnasi fisiologis),
misal dari embrio.
·
Dormansi Fisik (dormansi primer)
Pada tipe dormansi ini
yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji
yang keras dan kedap air sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya
air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Dormansi primer merupakan bentuk
dormansi yang paling umum dan terdiri atas duamacam yaitu dormansi eksogen dan
dormansi endogen.Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting
untuk perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga
gagal berkecambah.Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit
benih (seed coat).Tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan lainnya
untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia.Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen
adalah air, gas, dan hambatan mekanis.Dormansi endogen dapat dipatahkan dengan
perubahan fisiologis seperti pemasakan embrio rudimenter, respon terhadap zat
pengatur tumbuh, perubahan suhu, ekspos ke cahaya. Yang termasuk dormansi
fisik adalah:
-
Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang
menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada
famili Leguminoceae, disini pengambilan airterhalang kulit biji yang
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel- sel berupa palisade yang
berdinding tebal, terutama dipermukaan palingluar dan bagian dalamnya mempunyai
lapisan lilin. Di alam selainpergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan
benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari
bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi
benih.
-
Resistensi mekanis kulit biji terhadap
pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini,
beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji
yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini
dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga
umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus,
Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini
juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi
perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.
Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara
mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
-
Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis
mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau
benihyang mencegah perkecambahan.Zat penghambat yang paling
sering dijumpai ditemukan dalam daging buah.Untuk itu
benih tersebut harudiekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat
penghambat.
Mekanisme
dormansi dapat dibedakan pada dua lokasi berbedayaitu penutup
embrio (embryo coverings) dan embrio.
·
Dormansi yang disebabkan penutup embrio
(perikarp, testa, perisperma dan endosperma)
1) Pertukaran
gas terhambat
2) Penyerapan
air terhambat
3) Penghambatan
mekanis
4) Inhibitor
(water-soluble) di dalam penutup embrio
5) Kegagalan
dalammemobilisasi cadangan makanan dari endosperma/perisperma
·
Dormansi embrio
1) Embrio
belum berkembang dan berdiferensiasi
2) Pemblokiran
sintesa asam nukleat dan protein
3) Kegagalan
dalam memobilisasi cadangan makanan dari embrio
4) Defisiensi
zat pengatur tumbuh
5) 5.Adanya
inhibitor
Kebanyakan
jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi fisik, yang
disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit.Kondisi kedap
air kulit biji legum relative dalam arti bahwa bermacam-macam jenis,
bermacam-macam tingkatan kemasakan dan bermacam-macam individu menunjukkan
tingkat ketahanan terhadap penyerapan air (imbibisi) yang berbeda.
Bebagai
macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe dormansi ini, semua metode
menggunakan prinsip yang sama yakni bagaimana caranya agar air dapat masuk dan
penyerapan dapat berlangsung pada benih. Teknik skarifikasi pada berbagai jenis
benih harus disesuaikan dengan tingkat dormansi fisik. Berbagai teknik untuk
mematahkan dormansi fisik antara lain sebagai berikut :
a.
Mekanisme perlakuan (skarifikasi)
Perlakuan
mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara penusukan,
pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum,
kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk
mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat
diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji.Pada hakekatnya semua
benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel
tidak rusak (Schmidt, 2002).
Seluruh
permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih legum,
lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan menyebar
dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang
sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan
kulit biji, tetapi daerah
microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada daerah ini
dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi
perkecambahan.
b.
Air panas
Air
panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan
yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids.Metode ini paling efektif
bila benih direndam dengan air panas.Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk
mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas yang
diteruskan kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan.Suhu tinggi
dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu berfariasi
tiap jenis.Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif tebal
toleran terhadap perendaman sesaat dalam air mendidih.
c.
Perlakuan kimia
Perlakuan
kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada
benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki
oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat
dilalui air dengan mudah.Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat
pekat (H2SO4) asam ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat
diterapkan pada legum maupun non legume (Coppeland, 1980). Tetapi metode ini
tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali menjadi permeable, karena asam akan
merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan asam harus memperhatikan 2 hal,
yaitu:
1) kulit
biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi
2) larutan
asam tidak mengenai embrio.
d. Perlakuan
temperature
·
Rendah (stratifikasi).
Pemberian
suhu rendah selama waktu tertentu (berbeda untuk setiap jenis tanaman) dapat
menghilangkan penghambatan pertumbuhan.
·
Rendah dan tinggi
Temperatur
tinggi hanya radikelnya, diikuti temperature rendah untuk epikotilnya.Perbedaan
tidak boleh lebih dari 10-20oC.
e. Perlakuan
cahaya
Jumlah cahaya, intensitas, panjang hari
juga dapat memepengaruhi laju perkecambahan.Selain meningkatkan %
perkecambahan, juga dapat meningkatkan laju perkecambahan.
·
Dormansi Fisiologis (dormansi sekunder)
Penyebabnya adalah embrio yang belum
sempurna pertumbuhannya atau belum matang.Benih-benih
demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar
dapat berkecambah (penyimpanan).Jangka
waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai
beberapa tahun tergantung jenis benih.Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada
kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga
sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah (Schmidt, 2002).
Benih non dorman dapat mengalami kondisi
yang menyebabkannya menjadi dorman.Penyebabnya kemungkinan benih terekspos
kondisi yang ideal untuk terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak
terpenuhi. Dormansi sekunder dapat diinduksi oleh: (1) thermo- (suhu),
dikenal sebagai thermodormancy; (2) photo- (cahaya), dikenal
sebagaiphotodormancy; (3) skoto- (kegelapan), dikenal
sebagai skotodormancy; meskipun penyebab lain seperti kelebihan air, bahan
kimia, dan gas bisa juga terlibat.
Mekanisme
dormansi sekunder diduga karena:
-
terkena hambatan pada titik-titik
krusial dalam sekuens metabolik menuju perkecambahan;
-
ketidak-seimbangan zat pemacu
pertumbuhan versus zat penghambat pertumbuhan. Dormansi karena hambatan
metabolisme pada embrio, terjadi karena adanya zat-zat penghambat perkecambahan
dalam embrio.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
atau panjang pendeknya hari yang dapat merangsang pembungaan. Berdasarkan
panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1.
Tumbuhan hari pendek,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari.
Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga
matahari.
2.
Tumbuhan hari panjang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam)
sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan
tembakau.
3.
Tumbuhan hari sedang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari.
Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
4.
Tumbuhan hari netral,
tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya.
Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.
Penyelidikan sebenarnya telah menunjukkan bahwa panjang gelaplah
yang penting, mengganggu waktu gelap dengan adanya cahaya dapat menghalangi
pembungaan pada tumbuhan hari pendek.Fitokrom merupakan reseptor cahaya, suatu
pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya.Tumbuhan
menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap
lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan),
perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil),
morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil.Dormansi
adalah keadaan dimana perkecambahan dan pertumbuhan terhenti dalam rentang
waktu tertentu akibat adanya faktor – faktor internal maupun eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Fotoperiodisme
(Diakses 05/06/14)
Anonim. 2012. Penyebab
dormansi.
(Diakses 05/06/14)
Campbell.2003.Biologi edisi ke-5.Penerbit Erlangga.Jakarta
Mader, dkk.,1995, Biologi, Evolusi,
Keanekaragaman dan Lingkungan 3. Dewan
Bahasa & Pustaka Kuala Lumpur: Malaysia.
Sasmitamihardja, dkk., 1996. Fisiologi Tumbuhan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
FMIPA-ITB, Bandung.
1 comments:
hai, salam kenal :) terimakasih untuk informasi Fisiologi Tumbuhan (fotoperiodisme, pembungaan dan dormansi) ya
sangat menambah materi fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanamanku loh, semangat menulis
Post a Comment